our summer magazine 2013 by Slidely - Slideshow maker

Saturday, February 21, 2015

Amsterdam in three days, where to go


Amsterdam

must have photo! belum ke Amsterdam kalau belum foto di tulisan ini :D

Jam 8 pagi tanggal 28 Desember 2014 televisi Indonesia menyiarkan kabar sedih tentang hilangnya pesawat Airasia QZ8501 rute Surabaya-Singapore. Kaget, terhenyak, karena ini kabar ketiga yang menyentak saya berkenaan dengan maskapai-maskapai yang pernah dan bahkan sering kami tumpangi. Kabar pertama pada bulan Maret 2014 tentang hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 rute Kualalumpur-Beijing, yang hingga sekarang belum ditemukan. Kabar kedua pada Juli 2014 tentang pesawat Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam-Kualalumpur yang tertembak jatuh di Ukraina Timur. Semua berita yang terjadi di tahun 2014 ini sedikit banyak mempengaruhi keinginan saya untuk pergi berlibur kembali, sempat berpendapat bahwa apa yang bisa ditunda marilah kita tunda dahulu, sambil menenangkan hati agar siap untuk terbang kembali.

Selama 2014 saya dan keluarga sempat mengunjungi Seoul, Denpasar, Denpasar and then Denpasar again ... 3 times to Denpasar this year. Dan tidak ada satupun yang sempat saya tulis di blog ini. Terakhir menulis tahun 2011.. waaaaat??? selama itu? oh my... how fast time flies!! masih ada perjalanan tahun 2011 ke Australia yang baru sempat ditulis dalam 2 post. Belum lagi wisata pulang kampung ke Manado duhduhduhhh..

Jadi kabar pesawat AA tersebut membuat saya tiba-tiba ingat pada perjalanan ini, yang tentu saja belum sempat ditulis karena terjadi di tahun 2013. So, I will skip all the journeys before, and take privilege of this one first.


Familier kah anda semua dengan kursi pesawat yang kami duduki dalam foto disamping? Ini adalah penerbangan MH16 Malaysia Airlines rute Kualalumpur-Amsterdam. And yuup!!, we were almost likely took a picture before taking-off, just to complete my documentary photos of the journey. Sebetulnya penerbangan dengan Malaysia Airline sudah dimulai dengan rute Jakarta-Kualalumpur, nomor penerbangan MH0722, jam 18.15, tanggal 22 Juni 2013. Urutan seat kami adalah 27ABC.

Saya tidak tahu apakah pesawat yang kami pakai saat itu merupakan pesawat yang sama dengan yang tertembak Juli 2014, terlepas dari hal tersebut, saya ingat persis betapa tengah malam saat diatas pesawat, saya terbangun dan langsung meraih remote untuk melihat map pada layar tv. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk mengetahui dimana tepatnya  pesawat saya berada. Saat itu layar tv menunjukkan posisi pesawat diatas nama-nama Afghanistan, Kazakhstan, Ukraine. Mungkin karena map di pesawat disederhanakan, sehingga nama negara-negara tersebut terlihat saling dempet bersesakan, sangat dekat satu sama lain, dan mmmh yang terlintas di pikiran saya adalah betapa mengerikan terbang diatas negara-negara tersebut! Namun saya langsung berdoa agar segala pikiran negatif terbang dari kepala, minta minum pada pramugari, sambil lalu memilih musik yang sedikit berisik agar hati jadi lebih ceria..ujung-ujungnya saya tertidur kembali.. hahaha.

hello Schipol
Schipol Plasa 
Traraaaaa... akhirnya terbangun menjelang mendarat di Schipol tanggal 23 Juni 2013 jam 06.30. Bandara Schipol merupakan salah satu bandara yang sejak masih duduk di SMP sudah sangat ingin saya kunjungi. Alasannya simpel, salah satu tante saya pernah bercerita bahwa bandara Schipol  luaaas sekali (pada tahun 1987) dan banyak toko dan resto nya, hahaha, untuk anak abegeh yang taunya cuma bandara Juanda dan Cengkareng saja, tentu cerita tersebut sangat menarik dan membekas di memori, sehingga saya bertekad, satu saat nanti saya ingin menginjakkan kaki di Schipol, kalau punya uang tentu saja :D

loket pembelian tiket KA jurusan Schipol-Amsterdam C
Setelah selesai imigrasi dan keluar melalui pintu kedatangan, suami saya pergi ke kantor GWK di arrival hall 3/4 Schipol Airport Plaza, untuk membeli Holland Pass. Kemudian barulah kami membeli tiket kereta sekali jalan dengan tujuan Amsterdam Central seharga eur 4.40 perorang. Klik disini untuk jam keberangkatan. Letak loket nya lumayan jauh dan berlawanan arah dengan kantor GWK tersebut. Jika anda mau mudah, bisa saja naik airport transfer dengan rate yang aduhai yaitu tarif buka pintunya eur 45 dilanjutkan eur 50 per jam nya, itu harga untuk maksimal 4 orang travelling together. untuk lengkapnya klik disini

Sekadar mengingatkan, karena di Eropa banyak sekali pickpocket alias copet, harap jaga baik-baik barang bawaan anda, mulai dari tas tangan sampai koper, dimanapun anda berada, dari saat menunggu kereta di Schipol, didalam kereta, didalam tram, saat berjalan kaki, hingga sampai di kamar hotel. Dilarang meletakkan hape di meja saat makan, jangan lepas tas sembarangan biarpun di kursi sebelah anda, saat naik kereta letakkan koper dalam jangkauan anda, jangan lupa kantongi selalu copy paspor, dan bagi kaum adam dilarang keras menyelipkan dompet di kantong belakang celana hahahaha.

Oh ya, saat berjalan kaki ingatlah untuk selalu membawa tas anda pada tangan yang berlawanan arah dengan jalan raya, misalnya anda berjalan di trotoar sebelah kiri jalan raya maka bawalah tas anda pada tangan kiri, karena ada juga pencopet yang bersepeda dengan kencang sembari menyambar tas anda! Ya itu semua terserah anda sih, kalau saya pribadi selalu melakukan precautionary measures supaya hari-hari saya tenang. Tapi suami saya bilang saya berlebihan, walaupun begitu, dia tetap tidak mengantongi dompetnya lho!! Terbukti selama 16 hari jalan kemana-mana di beberapa kota, tidak ada pencopet yang berhasil melaksanakan niatnya terhadap kami, atau mungkin tidak ada yang tertarik ya wakakakak..

Amsterdam Central view fr hotel
Victoria Hotel tempat menginap
Perjalanan dengan kereta api dari Schipol ke stasiun Amsterdam Central memakan waktu sekitar 1 jam. Keretanya bersih dan tenang, namun saya tidak berani tidur sama sekali karena selain takut copet membawa lari koper-koper kami, saya juga takut kelewatan stasiun tujuan kami, karena Amsterdam Central bukanlah pemberhentian terakhir kereta ini.

Saat keluar dari stasiun Amsterdam Central, gerimis kecil yang makin lama semakin besar menghadang kami. Suami saya berkata bahwa hotel yang kami pesan, Victoria Hotel, berada tepat didepan stasiun, sehingga kami hanya perlu berjalan kaki dan menyeberang. Baiklah, kita jalan sekarang saja daripada nanti gerimis ini berubah menjadi hujan yang berkepanjangan. Ternyata hotel yang terlihat dekat dari stasiun tadi ternyata membutuhkan perjuangan juga untuk dicapai, karena gerimis tadi dengan cepat berubah menjadi hujan kecil menuju ke deras, sementara kami harus setengah berlari sambil menarik koper, berhenti di lampu merah guna  menunggu rajanya angkutan disana lewat dulu, yang tak lain tak bukan bernama keren Tram, lalu menarik roda koper yang kadang masuk ke jalur rel tram, dooh! Akhirnya setengah basah  jaket saya ketika tiba di pintu masuk hotel yang berupa pintu putar tersebut.

Lelah dan basah sedikit terbayar melihat senyum ramah porter dan interior hotel yang hangat, gabungan modern dan klasik. Saya suka hotel ini. Dan ternyata setelah perjalanan ini berakhir, Victoria hotel yang dioperasikan oleh grup Park Plaza, menjadi hotel termurah sekaligus terbaik yang kami inapi, wah! Kalau kami bisa datang ke kota ini kembali, saya mau menginap disini lagi pastinya. Untuk reservasi di Victoria Hotel silahkan klik disini.

Karena waktu check in adalah seperti biasanya jam 2 siang, maka kami titipkan koper-koper ke coincierge dulu. Aman koq, karena front office sudah men-check paspor kami dan memberikan tanda terima penitipan koper. Bahkan jika kami kembali selewat jam 2 siang mereka akan memasukan koper-koper kami langsung ke kamar. Beres urusan koper, here we go Amsterdam!!!

Saat tiba di Amsterdam Central tadi, kami sempat mampir di kantor GWK untuk menukar gratisan tiket public transport yang 48 jam. Ingat ya, berlakunya tepat 48 jam setelah pertama kita tempelkan di mesin didalam tram. Kalau sudah overtime masih coba-coba kita gunakan maka dendanya berat. Disini denda-dendaan cukup ketat.

Acara hari ini adalah keliling kota sampai sore, kemudian sore hari kami sudah jadwalkan untuk masuk ke Museum Anne Frank. Jadi dengan naik Tram dari depan hotel, kami menuju ke Museum Plein karena saya niat sekali mau foto didepan tulisan Iamsterdam berwarna merah putih tersebut. (Sebenarnya di depan Airport Schipol ada juga tulisan tersebut, tapi yang di Museum Plein ini backgroundnya itu lho, Rijksmuseum).

Tram membawa kami melewati bagian belakang Nieuwe Kerk, bagian samping Royal Palace dimana tergantung poster raksasa foto Raja dan Ratu yang baru, lewat supermarket Albert Heijn yang besar disamping Magna Plaza yang keren gedungnya, terus ke Amsterdam Museum, terus terus lagi sampai saya mengantuk karena ini waktu tidur di Jakarta eh! Akhirnya saya dengar pengumuman Rijksmuseum, Museum Plein.. tersentak dan langsung berdiri... untung ngga terlewat ya.

Jalan sedikit, terlihat segera tulisan merah putih yang ada di foto awal post kali ini... puas sangat. :p , biarpun agak basah sisa hujan tadi, saya semangat sekali foto-foto hahaha. Tentu saja foto yang saya pasang diatas adalah versi setelah kalem, hehehe.

Amsterdam 2013!!
Merupakan museum Nasional Belanda, Rijksmuseum, yang setelah 10 tahun ditutup untuk renovasi, baru saja dibuka bulan April 2014. Sayang keinginan saya untuk mengunjungi Rijksmuseum belum tercapai. Karena hanya 3 hari waktu yang kami jadwalkan di kota ini sebelum melanjutkan ke Brussels, sementara tidak cukup 1 hari untuk puas melihat-lihat koleksi museum ini , maka diputuskan untuk menunda keinginan yang satu ini karena rencananya nanti di Paris kami ingin masuk ke Louvre. Aduh padahal bisa masuk gratis karena kami sudah membeli Holland Pass  #mewek.


 Tapi walaupun tidak bisa masuk ke dalam, saya sempat mengintip lewat sebuah jendela museum di pintu samping lewat Hobbemastraat saat jalan-jalan ke Museum Plein, yaitu sebuah taman besar yang dikelilingi Rijksmuseum, Van Gogh Museum dan Stedelijk Museum, serta gedung Concertgebouw Konsulat Amerika. Mungkin ruangan yang saya intip tersebut berhubungan dengan cafe museum karena tercium bau harum kue yang baru keluar dari oven. Duuh.. menjelang musim panas ternyata Amsterdam masih dingin bukan kepalang sehingga sedikit saja harum makanan tercium indera, langsung menggelitik perut saya. 


benar negeri sepeda
Alamak sempat2nya ini abegeh
Jika anda ingin hemat saat mengunjungi Amsterdam, beli Holland Pass seperti kami.. hahaha seperti iklan ya bunyinya. Tapi benar koq, dengan Holland Pass seharga kurang dari eur 60, kami dapat gratis tiket angkutan untuk putar-putar (bahasa  opa saya adalah kota-kota hihihihi) Amsterdam selama 48 jam, gratis naik Canal Cruise yang terkenal itu, gratis tur ke Marken dan Volendam, gratis masuk Madame Tussauds, itu sebagian yang sempat kami nikmati. Masih banyak lagi keuntungan lain yang sayangnya tidak dapat kami nikmati karena waktu yang terbatas, misalnya free amsterdam city tour dan free hop on hop off Amsterdam by bus, waaah... Untuk anak harga tiketnya lebih murah tentu saja. Untuk harga Holland Pass klik disini. Jadi praktis selama di Amsterdam kami tidak perlu mengeluarkan uang lagi kecuali untuk makan tentunya.

ada to go nya juga lho!
padahal lg lapar berat
Sekarang tentang urusan perut. kalau ingin makan nasi seperti lazimnya perut orang Indonesia, ada beberapa tempat yang menjual masakan Indonesia seperti misalnya restoran Kantjil yang besar di ujung Nieuwezijds, atau Sampurna resto di Bloemenmarkt, tapi siap-siap saja kantong jebol budget hancur kalau ngotot makan disana terus. Untungnya anak saya berprinsip ada atau tak ada nasi yang penting ada ayam hahaha. Jadi apa saja yang kiranya enak dan murah, kami beli. Paling sering makan kentang goreng dengan berbagai macam sausnya, ikan herring yang sedap sekali, hotdogs, dan girang kalau ketemu Burger King dan McD atau sejenisnya. Satu kali kami sempat makan nasi di restoran jepang, aduh harganya, senyum aja deh, yang penting sudah makan  nasi dan sayur seperti di rumah.

haduh oma saya pasti ga mo pulang 
Bloemenmarkt adalah pasar bunga terapung yang paling terkenal di Amsterdam. Tempat ini merupakan salah satu tujuan utama turis, dan karena kami pergi ke Amsterdam pada akhir Juni dimana Keukenhof sudah tutup, kemana lagi kami mencari bunga Tulip jika bukan ke Bloemenmarkt.  Di salah satu toko souvenir yang ada disini, saya sempat berfoto dengan sepatu Holland yang besaar. Aneka macam bunga dijual disini, baik bunga mekarnya maupun benihnya. Inginnya membeli untuk ditanam di rumah, tapi mengingat bahwa tanam anggrek saja gagal, apalagi bunga negara empat musim, batal beli deh. Ini sedikit pendapat para turis tentang Bloemenmarkt. Silahkan klik disini.

Sore harinya kami naik tram menuju Museum Anne Frank. Ada tiga tram yang lewat sini, tram no 13, 14 dan 17. Halte stop nya adalah Halte Westermarkt. Saya menginstall Jibbigo Translator pada blackberry saya sehingga mudah untuk berkomunikasi selama di Eropa, karena kelancaran saya hanya sampai pada English version hehe.

Karena membaca di website bahwa untuk masuk museum ini antriannya panjang sekali, mereka menyarankan untuk beli tiket online. Kami melakukan itu dari rumah, bayar dengan credit card, print tiket, dan benar saja, setiba didepan museum memang antriannya aduhai. Karena kami sudah punya tiket, kami tinggal bunyikan bel di pintu kecil disamping kiri pintu utama, ada petugas yang membukakan pintu dan meminta tiket kami, kemudian mempersilahkan masuk. 
Kamera tidak diijinkan AT ALL!! Jangan coba-coba. Ada loker bagi yang ingin menyimpan, harus menyimpan tepatnya hehe.  

Selama di dalam museum kami berjalan beriringan seperti masuk ke rumah hantu di jakarta fair jaman saya kecil dulu, rapat-rapat, yak pegangan sama yang didepan ya adik-adik biar ngga hilang... becanda.. Terbagi atas tiga lantai dengan tangga yang kecil, sempit dan curang, museum yang bagus ini sangat tidak saya sarankan untuk anak kecil dan orang lanjut usia.

Keluar dari Museum Anne Frank saya merasakan kesedihan sekaligus kekaguman terhadap orang-orang yang sempat mengalami kekejaman Nazi, sekaligus rasa syukur karena Tuhan memberikan kehidupan yang merdeka bagi saya. Tidak terbayang bagaimana Anne Frank dan keluarga dapat hidup selama itu di rumah yang kecil dan pengap, tidak bagi saya yang selalu merasa sesak bila berada dalam ruangan kecil yang tertutup.. Untuk keterangan lengkap tentang Museum Anne Frank klik disini.

tempat kita tukar bookingan tiket
girang sangat bawa Burger King
Pulang dari Museum Anne Frank kami berjalan kaki menyusuri Raadhuisstraat sampai ke Dam Square. Sempat singgah di Burger King dekat Nieuwe Kerk , lalu pulang ke hotel menyusuri Damrak. Di ujung Damrak, tidak jauh dari hotel kami, kami berhenti di Tours & Tickets guna menukarkan gratisan tiket tour ke Marken dan Volendam untuk besok pagi.

Goede nacht, Wel te rusten, cup cup...

mas bro bergaya diatas jembatan Singelgracht persis didepan Rijks Museum








Tuesday, June 28, 2011

Melbourne Day Two: Busy Day!


28 Juni 2013, bangun pagi-pagi untuk memulai hari yang padat jadwalnya. Sekaligus ini kali pertama kami mencoba sarapan di hotel. Restoran tempat sarapan pagi terletak di basement gedung. Menggunakan lift kami cukup masukan kartu kunci kamar kami ke slot dalam bilik lift dan menekan tombol B. Restoran nya cukup bagus dan bersih, dan hmm saya mendengar percakapan dalam bahasa Indonesia :D terasa nyaman di telinga. Tapi seperti biasa jika bertemu sesama orang Indonesia di luar negeri, sebagian besar terlalu besar kepala untuk saling menyapa atau bahkan hanya tersenyum sekalipun :(

Makanan untuk sarapan merupakan standar sarapan ala Australia berupa macam-macam roti dan pastry dengan aneka selai dan mentega, rupa-rupa sayuran untuk salad, dressing, bacon dan sebangsanya, banyak jenis keju (hhmm), yoghurt, buah  baik yang segar maupun yang diawetkan seperti peach manis serta hot drink standar teh dan kopi. Cari nasi dan lauk-pauk? hehehe silahkan bekal sendiri dari rumah. Yang pasti sarapan yang disediakan hotel cukup mengenyangkan perut kami.

Kelar sarapan kami segera naik tangga ke luar dari hotel. Pilihan pertama sudah ditetapkan dari semalam: Queen Victoria Market. karena ini hari selasa, sementara kamis kami sudah harus terbang menuju Sydney, dan QVM hanya buka Selasa (hanya sampai jam 2 siang) dan kamis s/d Minggu. Pagi ini kami berjalan kaki ke arah Flinder Street dan berhenti di halte yang memiliki tanda City Circle Tram  (City Circle Tram tidak berhenti di tiap halte lho yaa,,catat!). 

Kami naik Tram ini dan berhenti di halte pertemuan antara Queen St dan La Trobe St. Setelah turun kemudian menyeberang ke arah utara, susuri terus Queen St. Sekitar 10 menit berjalan santai, gedung kuning Queen Victoria Market sudah terlihat di sebelah kanan. QVM mulai dibuka 20 Maret 1878!! Petunjuk lengkap mengenai  shops di QVM silahkan klik disini.

note: petunjuk lengkap tentang City Circle Tram dapat dilihat disini

QVM terbagi atas beberapa bagian sehingga nyaman untuk dikunjungi. Bagi saya yang tidak suka berkunjung ke bagian basah dari pasar (bagian khusus daging) dapat memilih rute yang langsung menuju ke bagian pakaian atau souvenir.  

Bagi yang membutuhkan souvenir seperti magnet kulkas atau gantungan kunci serta kaus kaki, sarung tangan, jaket etc,saya sarankan untuk membeli di QVM karena harganya yang murah serta bisa ditawar. Untuk buah-buahan sebagian besar berlokasi di sisi luar sehingga nyaman untuk memilih buah. Yang wajib dibeli adalah jeruk mandarin afourer yang di Indonesia mahal banget. 

Bagi yang belum pernah merasakan kenikmatan jeruk tersebut, dengarkan komentar seorang pegawai Hero Supermarket di Jakarta pada saya, "kalau sudah pernah makan afourer ngga bakal mau beli jeruk jenis lainnya mbak". Disini bisa pesta jeruk afourer saking murahnya ( $2 sudah dapat sekantung besar yang kalau di Hero harus bayar Rp 90ribuan), karena memang asalnya dari sini.






Puas berkeliling QVM kami berjalan kaki kembali kearah halte City Circle Tram, namun mengambil rute clockwise (tadi waktu berangkat kami ambil rute counter clockwise) ke arah Carlton Gardens.

Di taman ini terdapat gedung megah Royal Exhibition Building yang ternyata merupakan salah satu gedung tua bersejarah yang tercatat pada World Heritage. Ingin tahu apa yang sedang dipamerkan silahkan klik disini.



    

                                        
Tidak jauh dari Royal Exhibition Building, masih satu komplek dengan Carlton Gardens, terdapat gedung modern Melbourne Museum. Saat kami berkunjung sedang ada pameran Tutankhamun And The Goden Age Of The Pharaohs. Sebenarnya kami tertarik sekali untuk masuk ke pameran ini, namun sayang antrian masuknya sangat sangat panjang sekali. Maka kami hanya melihat-lihat bagian museum yang umum saja. Kevin kecewa berat namun apa mau dikata, waktu kami terbatas. 

Keluar dari Melbourne Museum kami kembali berjalan sepanjang Nicholson St ke arah Spring St hingga tiba di Albert St lalu belok kiri menuju Katedral St Patrick. Penasaran saja ingin melihat bentuknya. 

Lumayan juga kami berjalan kaki sampai siang hari begini. Untung udara yang dingin membuat keringat malas keluar hehe. Namun rupanya perjalanan jauh ini juga membuat cacing-cacing dalam perut kami menagih minta diisi sehingga saya tanya Kevin mau makan apa siang ini. Jawabannya mantap sekali: "nasi sama ayam" hahaha. Baiklah kalau mau cari nasi tentu saja tujuannya sudah pasti ke Chinatown.


Chinatown tidak terlalu jauh letaknya dengan Katedral St Patrick ini. Daripada naik Tram malah lebih cepat jalan kaki. Kami kembali ke Albert St dan memutuskan singgah berfoto sebentar di gedung Parliament House yang berpilar banyak itu, sekalian mengistirahatkan kaki sebentaaar saja.

Dari Parliament House tinggal menyeberang dan bergeser ke arah kanan sedikit, gang berikutnya kami telah sampai di ujung jalan panjang Chinatown.

Asyik-asyik berjalan sambil lihat kanan kiri mencari restoran yang kira-kira enak, mata saya terpaku pada gerbang besar berarsitektur khas Cina yang megah di kanan jalan. Ternyata ini adalah gerbang masuk ke Cohen Place The Chinese Museum. Memang hebat masyarakat Cina ini, dimanapun mereka berada tetap tidak melupakan asal usul dan leluhur. 

Tepat di seberang gerbang tersebut terdapat satu gedung kecil bertuliskan foodcourt. Wah ada juga foodcourt disini ya, kirain cuma di Indonesia saja haha. Kami memutuskan segera masuk karena sudah sangat lapar "ik honger hebben" kata opa saya dulu...kikikik....

Ternyata pilihan kami tepat. Jenis makanan di foodcourt ini lumayan lengkap dan harganya tidak terlalu mahal untuk ukuran Melbourne (tapi dibandingkan dengan Jakarta..wadooh..). Saya dan suami memesan bibimbap @ $ 10.90 di gerai korean food, bibimbap ku berdaging sapi sementara suami saya yang ayam.

Sementara Kevin, yang tadi langsung asyik jalan sendiri mencari makanan, muncul dengan senyum lebaar membawa baki berisi sepiring besar nasi dan ayam. .....waah nasinya itu porsi dua orang kiddo!

Menu yang namanya Crispy Chicken Maryland tersebut disajikan bersama semangkuk sup jagung kental yang rasanya dominan jahe :p . Harganya $8.90


kanan: porsi makanan si Kevin ckckck...







Selesai makan acara jalan-jalan dilanjutkan kembali. Kami menelusuri Chinatown yang panjang ini sambil cuci mata kalau-kalau ada resto korea dan cina yang kelihatan nyaman tempatnya.

Sampai di Russell St kami belok kanan ke arah Greek Precinct yang terletak di Lonsdale St.

Rencana semula ingin mencoba masakan Yunani jadi batal karena baru saja selesai makan di Chinatown. Katanya
semua barang disini diimpor langsung dari Lands of God's lho.. Ingin tahu ada apa saja di Greek Precinct saat ini? silahkan klik disini.

Foto disamping adalah Kevin yang sedang memeluk batu marble hadiah dari pemerintah daerah Thessaloniki untuk kota Melbourne. Batu marble ini menunjukkan sejarah 2300 tahun keberadaan Thessaloniki yang disimbolkan melalui gambar Alexander The Great (jaman Hellenistic) dan Santo Dimitrios (periode Byzantine).

Langkah kaki membawa kami tiba di Swanston St. Jalan besar ini dilintasi banyak jurusan Tram dan berakhir di Katedral St Paul. Tapi kali ini kami menyusuri Swanston St hanya sampai Bourke St. Sepanjang 2 blok yang kami jalani di Swanston St penuh dengan turis dan kesibukan mereka berbelanja atau hanya menonton atraksi yang disajikan penduduk lokal dengan harapan receh dari para turis tersebut.


Melbourne banyak meletakkan aneka patung-patung unik di jalan untuk menunjukkan betapa cintanya mereka akan seni. Sangat menarik memperhatikan patung-patung ini. Berbagai gaya unik ditunjukkan para turis saat berfoto dengan latar patung-patung ini. 

kanan: 3 patung antri berdiri menunggu tram + 2 turis disela-sela nya

Selain Melbourne Visitor Centre yang terletak di Federation Square, turis bisa mendapatkan informasi dan brosur beserta peta di Melbourne Visitor Booth yang terletak di Bourke St, tepatnya hampir di depan David Jones /Myers.

kanan: Booth nya tidak begitu besar. jika ingin yang paling lengkap pergilah ke Visitor Centre di Federation Square.


kiri: jalan masuk The Walk Arcade
kanan: Pintu samping The Block Arcade dari Little Collins St

Saya pernah mendapat saran dari teman bahwa jangan lupa mengunjungi Arcades yang terdapat di Melbourne. Arcade adalah lorong penghubung antara 2 jalan besar yang dipenuhi dengan toko dan restauran. Di kota masa kecil saya yaitu Bandung terdapat semacam Arcade (lebih tepatnya gang :D ) yang menghubungkan Jl Asia-Afrika dengan Jl Dalem Kaum serta satu lagi menghubungkan Jl Dalem Kaum dengan jalan di belakangnya yang saya lupa namanya. Gang tersebut juga dipenuhi pedagang, walaupun hanya pedagang kecil serta pedagang kaki lima. 


Arcades di Melbourne sungguh berbeda. Yang pertama kami susuri adalah The Walk Arcade yang menghubungkan Bourke St dengan Little Collins St. Pintu masuknya tidak begitu jauh dari Visitor Booth tadi. The Walk Arcade serupa dengan mall underground yang biasa terdapat di beberapa stasiun mrt di Singapura.

Sementara arcade satunya bernama The Block Arcade. Arcade ini menghubungkan Elizabeth St dengan Collins St serta mempunyai pintu samping berupa gang kecil yang dapat kita masuki dari Little Collins St. Arcade ini merupakan gang mewah yang dihuni puluhan toko dan restoran mewah. Langit-langitnya dihiasi kaca lukisan yang indah. Lantainya ditutup dengan keramik bermotif kuno yang sama cantiknya.

Kami keluar di Collins St dan belok kanan ke arah Southern Cross Station. Yuup! itulah tujuan akhir kami hari ini.Cuma ingin lihat bangunan stasiun yang punya atap berbentuk unik.. kebangetan yaa?? Padahal kaki ini rasanya pegal ampun-ampunan setelah dipakai berjalan dari pagi sekali sampai sesorean begini, mana suhu udara drop entah ke berapa derajat nih, tidak tahu pasti, namun dinginnya bikin tangan dan pipi serasa beku. Untung bawa sarung tangan.

Menyusuri Collins St sepanjang 4 blok lagi ke arah barat, entah mengapa stasiun tersebut malahan diberi nama Southern Cross Station (mungkin karena stasiun ini merupakan stasiun bagi kereta arah luar kota dan Melbourne adalah kota paling selatan yang terhubung dalam rangkaian rel tersebut ya), sempat berfoto didepan Gothic bank milik ANZ, lewat di seberang Hotel Intercontinental Melbourne yang terhubung dengan Rialto Towers.

Sempat juga berfoto dengan latar belakang kantor surat kabar The Age hehe puas deh foto-foto di sepanjang Collins St ini. Btwkalau menjelang malam lampu-lampu jalan yang menghias Collins St ini akan dinyalakan dan membuat suasana jalan ini jadi sedikit mirip suasana kota Paris.. katanya lho.. ngga tau juga benar atau tidak soalnya belum pernah ke Paris :p

Akhirnya kami melihat bangunan besar Southern Cross Station dengan atap berbentuk gelombangnya yang lebar sekali. Ini lhooo , foto di samping kiri ini diambil saat baru tiba di ujung Collins St hehehe.

Lelah, senang, dan kedinginan semua bercampur menjadi satu. Yang pasti puas sudah bisa sampai kesini dengan berjalan kaki. Sebenarnya bisa saja kami naik City Circle Tram namun jam operasionalnya terbatas hanya sampai jam 6 sore, dan tentu saja kami tidak akan bisa berfoto ria sepanjang jalan.



Selesai melihat stasiun ini kami pulang ke hotel melalui Little Collins St, menyusuri 4 blok jalan kecil tersebut tidak terasa jauh, mungkin karena jalan pulang selalu terasa lebih cepat daripada saat pergi ya?


Setelah sampai di hotel ternyata Kevin sudah terlalu lelah untuk ikut pergi makan malam. Tadinya berencana istirahat sebentardi hotel kemudian pergi lagi makan malam di sekitar hotel.

Akhirnya hanya saya dan suami jalan keluar. Kami berjalan ke Federation Square karena seperti biasa emak-emak ini mau update status bebeh dan efbeh nya haha, sekalian beli titipan anak tersayang yaitu chicken nugget dan chips yang dijual disamping Flinders Station.

 


Di Federation Square malahan sempat duduk lama lalu foto-foto suasana malam disitu baru kemudian menyeberang ke Flinders Station untuk beli nugget si Kevin, eh bertemu rombongan pekerja kantor yang mau pulang naik kereta ke daerah suburbs.

Sementara makan malam untuk kami berdua belum ada karena nugget membosankan sekali rasanya. Akhirnya saya masuk ke minimarket Cole dekat hotel, cuma beli frozen lasagna $4.25 dan sandwich $5.50 + yoghurt $4.79         ( Elle's Yoghurt isi 6 gelas). Sampai di hotel saya panaskan lasagna nya di microwave dan ternyata rasanya enak sekali. Menyesal cuma beli satu.