our summer magazine 2013 by Slidely - Slideshow maker

Sunday, November 21, 2010

Gili Nanggu: The Lost Paradise


Hari terakhir di pulau Lombok aku agak ogah-ogahan waktu diajak suamiku pergi ke Gili Nanggu. Pertama, badan sudah lelah 3 hari belakangan ini. Kedua, namanya yang baru kudengar kemarin malam. Terakhir, akses kesana yang we're totally blind!!


Tapi dikomporin my hubby, dia bilang: "kapan lagi kita ke Lombok Barat, ntar kalo datang sini lagi giliran bagian Selatan dan Timur kita datangi, aku ngga mau lho balik ke bagian Barat dan Utara lagi, jauh jaraknya."
kiri & kanan: ke Sekotong

kiri: mendekati Sekotong yg sepi

kanan: Pelabuhan Lembar di kejauhan

Ya sudahlah, nurut aja jadinya. Lombok Taksi kita pesan dari hotel sekitar jam 09.30.

Perjalanan mula-mula mengarah ke Mataram kemudian berbelok ke barat sebelum memasuki kota, tepatnya ke arah Sekotong. Dalam perjalanan ke sana kami melewati sentra gerabah yang namanya Banyumulek, just passed by.



OMG!, perjalanan ke sana benar-benar melewati jalanan yang minim angkutan, kebanyakan yang berpapasan hanya mobil pribadi dan 1-2 taksi. Angkot? nope!


kiri & kanan: Gili Nanggu dari jauh

Untungnya si bapak sopir sepakat untuk menunggu kita di pangkalan tempat menyewa kapal. Usut punya usut rupanya di Lombok ini lebih banyak taksinya daripada calon penumpangnya. Jadi daripada balik ke Mataram kota tanpa penumpang, lebih baik nungguin kami main di pulau setengah harian.

Dia mengingatkan yang penting jangan sampai jam 5 sore ya, soalnya jalan pulangnya pagi aja sepi gini, apalagi nanti kalau sudah gelap... ooh, sip deh pak! (akhirnya selama nunggu si bapak kami beri uang makan siang aja)
kiri & kanan: amazing Gili Nanggu

kiri: check fin, check sunblock..

kanan: deretan kamar berbentuk lumbung padi khas sumba yang disewakan

kiri bawah: 4 toilet yang super bersihnya, sampai bengong!!! Sumpah deh...

Hampir 1,5 jam perjalanan, setelah terlihat Pelabuhan Lembar di kejauhan (yang merupakan pelabuhan yang melayani penyeberangan ferry dari Lombok ke Bali) taksi kami berbelok ke kiri, mendaki dan merambah bukit menuju Sekotong di baliknya. Tidak sampai 15 menit kemudian kami tiba di Pantai Mawun, tempat bersandarnya kapal-kapal yang dapat kita sewa untuk pergi ke Gili Nanggu.

Kapal kecil yang kami sewa seharga Rp 300.000 membawa kami ke Gili Nanggu saja, menunggu kami disana dan kemudian akan mengantar kami kembali ke Mawun di sore nanti. Kalau mau mengitari dan singgah di Gili lainnya, harga sewanya akan bertambah. Oh ya kalau mau sewa fin, mask untuk snorkeling dan pelampung tempatnya tepat di samping loket sewa kapal. kualitasnya so-so..

Di sekitar Gili Nanggu terdapat beberapa Gili lain yang bisa kita datangi yaitu Gili Sudak, Gili Tangkong dan Gili Poh. Jika perjalanan diteruskan sedikit ke barat, tepatnya sampai ke Pelanggan Barat, dari sini kita bisa menyewa kapal menuju Gili Gede yang merupakan resort tersendiri dan beberapa Gili di sekitarnya. Namun yang terkenal karena ikannya yang beraneka ragam adalah Gili Nanggu.

Penyeberangan hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Hampir jam 11.30 ketika kami tiba di Gili Nanggu.

Gili Nanggu merupakan sebuah private island sehingga kami dikenai charge masuk oleh yang mengelolanya sebesar Rp 5.000/orang (diatas 5 tahun).


kiri, kanan, & bawah: ikan, ikan & ikan.........................

Tidak banyak tempat duduk yang dapat dijadikan tempat meletakkan barang bawaan kami. Yang tersisa hanya sebuah bale-bale kecil. Jadi lebih bagus kalau kita sudah bawa handuk pantai yang lebar sehingga barang bawaan bisa diletakkan pada hamparan handuk tersebut diatas pasir pantai yang putih ini.

Tidak sampai 5 meter dari pantai sudah dapat ditemui aneka koral dan ikan dengan berbagai macam ukuran dan warna. Fish Heaven, hehe, aku serasa di dalam akuarium deh jadinya.


Kalau lupa sewa peralatan snorkeling, ngga usah kuatir, ternyata di Gili Nanggu juga menyewakan. Malahan yang disini ber merek, jadi harganya lebih tinggi dikit deh. Masknya Rp 25 ribu, tapi oke punya.., melekat baik dan air laut ngga pernah tersedot melalui selangnya!


Kalau ke sini rugi deh kalo ngga mencoba snorkeling. Karena ombak nyaris tidak ada, membuat tempat ini cukup aman buat anak-anak. Buktinya Kevin berani snorkeling tanpa jaket pelampung sampai ke tengah batas aman snorkeling. TOP pokoknya tempat ini.


3,5 jam kami habiskan untuk bersnorkeling ria, sampai ngga ingat untuk lunch. Di sini terdapat restoran dekat penginapannya, namun kami sudah bawa macam-macam snack dan air dari Mataram tadi, mengingat pengalaman kalau beli di pulau biasanya lebih mahal.

Sekitar jam 15.30 kami putuskan untuk kembali ke pantai Tawun karena langit mendadak mendung. Anti menyeberang saat mau hujan, karena ombak biasanya tiba-tiba bisa tinggi :(

kiri: bye Gili Nanggu!!
kanan: welcome back 2 Tawun

Dalam perjalanan pulang kami minta singgah dulu ke Mataram Mall buat beli sup panas dan ayam goreng di KFC lalu dimakan di mobil. Total ongkos taksi yang harus kami bayar Rp 250.000.

kiri: jalan raya Senggigi di sore hari

Tiba di Senggigi matahari hampir terbenam, untungnya kami sempat menikmati sunset terakhir di Lombok.

kiri, kanan, kanan atas & kiri bawah: suasana hotel Sheraton Senggigi menjelang sunset


Selesai sudah liburan kami di Lombok. Agustus tahun depan rencananya kami akan datang lagi kemari untuk menjelajah Lombok Selatan dan mungkin juga Lombok Timur ... Adios!

bawah: menonton my kiddo snorkeling.

Friday, November 19, 2010

Gili Trawangan, Meno & Air: Sand, Sun and Snorkling


Hari ke 3 kami di Lombok diisi dengan perjalanan ke 3G's, aka Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air (Gili= Pulau kecil). Bagi siapapun yang pesiar ke Lombok, adalah wajib hukumnya untuk menginjakkan kaki di pulau yang namanya tersohor ke mancanegara melebihi nama negaranya ini.


Dengan naik Lombok Taksi pagi-pagi kami berangkat dari hotel di Senggigi ke arah utara pulau, tepatnya ke pelabuhan Bangsal.


kiri: keramba mutiara di tepi pantai
kanan: teluk Nara, tempat berlabuhnya boat charteran

Pesisir barat laut pulau Lombok kami susuri dan sepanjang mata memandang ke arah kiri yang terlihat adalah hamparan birunya air laut dan pasir putih di tepiannya. Dari bukit Malimbu sudah terlihat 3G's di kejauhan..., aaaah indahnya!


Begitu taksi belok kiri kearah Bangsal, sang sopir berkata bahwa kami harus melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan dengan naik cidomo karena taksi hanya diperbolehkan masuk hingga di areal perparkiran yang sudah disediakan.

Jadi setelah membayar ongkos taksi sebesar Rp 90.000 kamipun melanjutkan perjalanan dengan cidomo yang ongkosnya Rp 15.000 (flat rate).

Sesampai di Bangsal, yang ternyata jaraknya kalau ditempuh dengan jalan kaki tidak akan sampai 10 menit, hal pertama yang kami lakukan adalah membeli tiket public boat seharga Rp 10.000/orang dengan tujuan Gili Trawangan.

Karena naik public boat maka setidaknya kami harus menunggu sampai ada sekitar 25 orang yang akan berangkat bersama-sama, waah :(
Kalau kebetulan pergi dengan waktu yang terbatas maka pilihannya adalah menyewa boat seharga Rp 350.000 pulang-pergi.


Setelah beres urusan tiket kamipun singgah di toko kecil dekat situ yang menjual snack dan minuman. Karena harga air minum di 3G's kabarnya muahal kamipun membeli 2 botol air putih merek Narmada, yang katanya diekspor sampai Australia, serta beberapa kantong biskuit dan snack. Semuanya dibungkus ke dalam 2 buah kantong plastik kresek ( ada yang bilang bahwa kantong plastik dilarang masuk ke dalam 3G's, namun ternyata dua yang kami bawa ini ngga di-ban- tuh, hehe)


kiri: berpose di depan kantor penjualan tiket di pelabuhan Bangsal

kanan: panorama 3G's dari pelabuhan Bangsal

Akhirnya kami dipanggil juga untuk naik ke boat-nya. Ya ampun, ternyata kapal yang tadinya dibilang akan diisi oleh 25-30 orang ternyata dimuati lebih dari 40 orang beserta bawaan masing-masing yang berjejalan di bagian belakang kapal, duh!

Harap maklum ya, namanya saja public boat, berarti ini kapal yang dipakai beramai-ramai antara wisatawan dan penduduk pulau.

Sebagian besar penumpang adalah penduduk Gili atau warga Lombok yang akan berdagang/kerja di Gili. Ada 2 balita di kapal kami. Yang satu duduk persis disebelahku, yang satunya lagi duduk dengan ibu dan neneknya di bagian belakang.

Ketika kapal sudah melaju kira-kira setengah perjalanan jauhnya, tiba-tiba arah angin berubah menantang kapal kami sehingga membuat ombak besar-besar yang menghantam haluan kapal. Dengan muatan yang sarat begini aku jadi khawatir, karena kuamati koq wajah-wajah penduduk aslinya pada tegang semua, berabe nih, mana baju mulai basah karena cipratan ombak yang kian banyak masuk ke dalam kapal...

Balita yang duduk di bagian belakang mulai muntah-muntah karena goncangan kapal yang keras dan mungkin juga memang masuk angin. Bau muntahnya terbawa angin sampai di bagian depan sini. Harap-harap cemas aku menoleh ke balita yang berada tepat disampingku, please dong kamu jangan ikutan muntah ya..... :) untung anaknya tidur lelap, ppfhhh..

kiri: ombak yang membesar di tengah perjalanan.


kanan: jalanan utama di Gili Trawangan, hanya boleh dilewati sepeda dan cidomo.



kiri: Welcome to Gili Trawangan

kanan: asyik mengabadikan birunya pantai Gili Trawangan

Setelah 45 menit yang menegangkan akhirnya kami selamat menjejakkan kaki di Gili Trawangan yang merupakan pulau terbesar dari gugusan 3G's ini.

Birunya pantai Trawangan sepadan dengan perjuangan kami menuju kesini. Serasa berada di belahan bumi yang lain, ngga heran banyak sekali turis mancanegara di pulau ini dan biasanya mereka tinggal lebih dari 2 minggu disana!

Gili terkecil adalah Gili Meno yang terletak ditengah kedua Gili lainnya. Di Gili Meno terdapat danau air tawar dan penangkaran penyu. Dari ke 3 Gili yang didiami penduduk asli hanya Gili Trawangan dan Gili Air. Sementara pusat keramaian turis adalah di Gili Trawangan. Terdapat rute fast-boat dari pulau Bali langsung ke Gili Trawangan seharga kurang lebih Rp 600.000. Mahal banget menurutku karena dengan harga Rp 200 ribuan kita sudah dapat tiket pesawat Mataram-Ngurah Rai sekali jalan.

kiri: eits, ada Yoga disini, hhmm :)

kanan: boat yang siap berangkat mengantar para diver ke dive site di sekitar 3G's

kiri bawah: Junk yang bisa di charter sampai ke pulau Komodo

Sembari istirahat dan membuat rencana apa yang akan dilakukan disini, kamipun singgah di COCO, sebuah resto kecil yang terletak di jalanan utama.

Aku memesan segelas pineapple juice sementara Kevin and my hubby memesan hot chocolate. Bayanganku jus nanasnya adalah jus kalengan yang enak, ternyata yang datang adalah hasil blender-an nanas segar yang dicampur banyak air dan gula, iiih ngga asik banget nih. Mendingan coklat panasnya yang standar dimana-mana :( Harganya apalagi, sampai terkaget-kaget aku sewaktu tiba saat membayar, bayangkan untuk 3 gelas tersebut kami di charge hampir Rp 80.000!! hah? hah?

kanan: menunggu naik ke glass bottom boat.

Semula kami ingin menyewa sepeda untuk mengelilingi pulau hingga ke Sunset Point di bagian barat Gili, namun mengingat pagi hari saja ombaknya sudah setinggi itu, maka akhirnya kami putuskan untuk ikutan snorkeling trip dengan glass bottom boat seharga Rp 75.000 seorang lengkap dengan mask dan fin, setelah itu langsung balik ke Lombok sebelum sore.


kiri: curaang nih, bule-bule dipisah dari turis domestik dan dapat boat yang lebih bagus :(

kanan: snorkeling di gradasi biru yang menawan


kiri bawah: mengamati pemandangan di bawah melalui kaca di dasar kapal


Kami dibawa mengelilingi pantai di sekitar 3G's, turun untuk snorkeling di 3 spot diantara Gili-gili tersebut, serta singgah makan siang di Gili Air.

Bagi yang kebetulan tidak dapat turun ber snorkeling di air tidak akan terlalu kecewa karena masih bisa melihat bagusnya terumbu dan koral serta ikan-ikan disana melalui kaca di dasar boat. Tapi memang lebih asyik lagi kalau sempat snorkeling.


Di tempat snorkeling pertama sempat terjadi insiden kecil dimana 2 peserta terserang panik ketika turun ke air sehingga kapal kami menjadi lumayan heboh karenanya. Padahal mereka berdua sudah memakai pelampung lho. Kuncinya hanya: jangan panik dan yakinlah tidak bakal tenggelam jika sudah menggunakan pelampung. Untungnya di perhentian selanjutnya aman-aman saja sehingga kami semua having fun.

kiri: Gili Air dari kejauhan

kanan: memanggil ikan dengan remahan roti

kiri bawah: turun menuju Tami's Cafe di Gili Air


kanan: Honeymoon Junk

Hampir jam 2 siang ketika kapal akhirnya berhenti di Gili Air untuk makan siang. Kami dibawa ke Tami's Cafe yang menyediakan menu barat maupun Lombok asli.


Menu yang kupilih tidak lain adalah ayam betutu (lagi) dan pelecing kangkung (lagi), mumpung kan..

Mungkin saja karena lapar atau bisa jadi rasa masakan mereka memang benar-benar enak, tapi yang jelas waktu menunggu datangnya pesanan lama sekali.

kanan atas: snorkeling di dekat Tami's Cafe

kanan: bungalow kecil yang terletak di belakang Tami's Cafe ini disewakan bagi turis

kiri & kanan bawah: meniti tali di samping Tami's

kiri bawah: Tami's Cafe

Setelah selesai makan siang sebenarnya masih ada 1 perhentian snorkeling lagi sebelum kembali ke Gili Trawangan. Namun karena takut pada angin dan ombak yang makin besar kamipun memutuskan untuk kembali ke Bangsal dengan naik public boat dari Gili Air sini.




Tiket dari Gili Air seharga Rp 8.000/orang lebih murah karena jaraknya pun lebih dekat ke pulau Lombok, hanya sekitar 20 menit :)

kanan: dapur Tami's Cafe yang bersih


Ternyata ada beberapa penumpang Glass Bottom Boat tadi memutuskan mengikuti kami kembali ke Bangsal, karena sama-sama ngeri dengan ombak.
kanan: update foursquare dulu ah, check-in at Tami's Cafe, Gili Air, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

kiri atas: teman-teman sesama peserta glass bottom boat yang pulang bareng di atas kapal yang miring karena penuhnya muatan

kiri: cidomo yang mengantar kami dari pelabuhan Bangsal ke area parkir taksi

Setiba di pelabuhan Bangsal kami kembali menyewa cidomo untuk menuju ke area taksi kembali. Jangan kuatir tidak mendapat taksi untuk kembali ke Senggigi atau Mataram karena cukup banyak taksi yang parkir disini. Hanya pastikan untuk kembali dari 3G's sebelum pukul 4 sore.

Sore ini kami habiskan dengan menonton sunset dari pantai hotel yang tidak kalah indahnya dengan Sunset Point di Gili Trawangan, yang menjadi tempat perhentian salah satu episode The Amazing Race Asia season 4 (kebetulan juga malam harinya kami menonton episode tersebut di kamar hotel sambil saling bercanda, "hey-hey, we were there..!!")