our summer magazine 2013 by Slidely - Slideshow maker

Tuesday, June 28, 2011

Melbourne Day Two: Busy Day!


28 Juni 2013, bangun pagi-pagi untuk memulai hari yang padat jadwalnya. Sekaligus ini kali pertama kami mencoba sarapan di hotel. Restoran tempat sarapan pagi terletak di basement gedung. Menggunakan lift kami cukup masukan kartu kunci kamar kami ke slot dalam bilik lift dan menekan tombol B. Restoran nya cukup bagus dan bersih, dan hmm saya mendengar percakapan dalam bahasa Indonesia :D terasa nyaman di telinga. Tapi seperti biasa jika bertemu sesama orang Indonesia di luar negeri, sebagian besar terlalu besar kepala untuk saling menyapa atau bahkan hanya tersenyum sekalipun :(

Makanan untuk sarapan merupakan standar sarapan ala Australia berupa macam-macam roti dan pastry dengan aneka selai dan mentega, rupa-rupa sayuran untuk salad, dressing, bacon dan sebangsanya, banyak jenis keju (hhmm), yoghurt, buah  baik yang segar maupun yang diawetkan seperti peach manis serta hot drink standar teh dan kopi. Cari nasi dan lauk-pauk? hehehe silahkan bekal sendiri dari rumah. Yang pasti sarapan yang disediakan hotel cukup mengenyangkan perut kami.

Kelar sarapan kami segera naik tangga ke luar dari hotel. Pilihan pertama sudah ditetapkan dari semalam: Queen Victoria Market. karena ini hari selasa, sementara kamis kami sudah harus terbang menuju Sydney, dan QVM hanya buka Selasa (hanya sampai jam 2 siang) dan kamis s/d Minggu. Pagi ini kami berjalan kaki ke arah Flinder Street dan berhenti di halte yang memiliki tanda City Circle Tram  (City Circle Tram tidak berhenti di tiap halte lho yaa,,catat!). 

Kami naik Tram ini dan berhenti di halte pertemuan antara Queen St dan La Trobe St. Setelah turun kemudian menyeberang ke arah utara, susuri terus Queen St. Sekitar 10 menit berjalan santai, gedung kuning Queen Victoria Market sudah terlihat di sebelah kanan. QVM mulai dibuka 20 Maret 1878!! Petunjuk lengkap mengenai  shops di QVM silahkan klik disini.

note: petunjuk lengkap tentang City Circle Tram dapat dilihat disini

QVM terbagi atas beberapa bagian sehingga nyaman untuk dikunjungi. Bagi saya yang tidak suka berkunjung ke bagian basah dari pasar (bagian khusus daging) dapat memilih rute yang langsung menuju ke bagian pakaian atau souvenir.  

Bagi yang membutuhkan souvenir seperti magnet kulkas atau gantungan kunci serta kaus kaki, sarung tangan, jaket etc,saya sarankan untuk membeli di QVM karena harganya yang murah serta bisa ditawar. Untuk buah-buahan sebagian besar berlokasi di sisi luar sehingga nyaman untuk memilih buah. Yang wajib dibeli adalah jeruk mandarin afourer yang di Indonesia mahal banget. 

Bagi yang belum pernah merasakan kenikmatan jeruk tersebut, dengarkan komentar seorang pegawai Hero Supermarket di Jakarta pada saya, "kalau sudah pernah makan afourer ngga bakal mau beli jeruk jenis lainnya mbak". Disini bisa pesta jeruk afourer saking murahnya ( $2 sudah dapat sekantung besar yang kalau di Hero harus bayar Rp 90ribuan), karena memang asalnya dari sini.






Puas berkeliling QVM kami berjalan kaki kembali kearah halte City Circle Tram, namun mengambil rute clockwise (tadi waktu berangkat kami ambil rute counter clockwise) ke arah Carlton Gardens.

Di taman ini terdapat gedung megah Royal Exhibition Building yang ternyata merupakan salah satu gedung tua bersejarah yang tercatat pada World Heritage. Ingin tahu apa yang sedang dipamerkan silahkan klik disini.



    

                                        
Tidak jauh dari Royal Exhibition Building, masih satu komplek dengan Carlton Gardens, terdapat gedung modern Melbourne Museum. Saat kami berkunjung sedang ada pameran Tutankhamun And The Goden Age Of The Pharaohs. Sebenarnya kami tertarik sekali untuk masuk ke pameran ini, namun sayang antrian masuknya sangat sangat panjang sekali. Maka kami hanya melihat-lihat bagian museum yang umum saja. Kevin kecewa berat namun apa mau dikata, waktu kami terbatas. 

Keluar dari Melbourne Museum kami kembali berjalan sepanjang Nicholson St ke arah Spring St hingga tiba di Albert St lalu belok kiri menuju Katedral St Patrick. Penasaran saja ingin melihat bentuknya. 

Lumayan juga kami berjalan kaki sampai siang hari begini. Untung udara yang dingin membuat keringat malas keluar hehe. Namun rupanya perjalanan jauh ini juga membuat cacing-cacing dalam perut kami menagih minta diisi sehingga saya tanya Kevin mau makan apa siang ini. Jawabannya mantap sekali: "nasi sama ayam" hahaha. Baiklah kalau mau cari nasi tentu saja tujuannya sudah pasti ke Chinatown.


Chinatown tidak terlalu jauh letaknya dengan Katedral St Patrick ini. Daripada naik Tram malah lebih cepat jalan kaki. Kami kembali ke Albert St dan memutuskan singgah berfoto sebentar di gedung Parliament House yang berpilar banyak itu, sekalian mengistirahatkan kaki sebentaaar saja.

Dari Parliament House tinggal menyeberang dan bergeser ke arah kanan sedikit, gang berikutnya kami telah sampai di ujung jalan panjang Chinatown.

Asyik-asyik berjalan sambil lihat kanan kiri mencari restoran yang kira-kira enak, mata saya terpaku pada gerbang besar berarsitektur khas Cina yang megah di kanan jalan. Ternyata ini adalah gerbang masuk ke Cohen Place The Chinese Museum. Memang hebat masyarakat Cina ini, dimanapun mereka berada tetap tidak melupakan asal usul dan leluhur. 

Tepat di seberang gerbang tersebut terdapat satu gedung kecil bertuliskan foodcourt. Wah ada juga foodcourt disini ya, kirain cuma di Indonesia saja haha. Kami memutuskan segera masuk karena sudah sangat lapar "ik honger hebben" kata opa saya dulu...kikikik....

Ternyata pilihan kami tepat. Jenis makanan di foodcourt ini lumayan lengkap dan harganya tidak terlalu mahal untuk ukuran Melbourne (tapi dibandingkan dengan Jakarta..wadooh..). Saya dan suami memesan bibimbap @ $ 10.90 di gerai korean food, bibimbap ku berdaging sapi sementara suami saya yang ayam.

Sementara Kevin, yang tadi langsung asyik jalan sendiri mencari makanan, muncul dengan senyum lebaar membawa baki berisi sepiring besar nasi dan ayam. .....waah nasinya itu porsi dua orang kiddo!

Menu yang namanya Crispy Chicken Maryland tersebut disajikan bersama semangkuk sup jagung kental yang rasanya dominan jahe :p . Harganya $8.90


kanan: porsi makanan si Kevin ckckck...







Selesai makan acara jalan-jalan dilanjutkan kembali. Kami menelusuri Chinatown yang panjang ini sambil cuci mata kalau-kalau ada resto korea dan cina yang kelihatan nyaman tempatnya.

Sampai di Russell St kami belok kanan ke arah Greek Precinct yang terletak di Lonsdale St.

Rencana semula ingin mencoba masakan Yunani jadi batal karena baru saja selesai makan di Chinatown. Katanya
semua barang disini diimpor langsung dari Lands of God's lho.. Ingin tahu ada apa saja di Greek Precinct saat ini? silahkan klik disini.

Foto disamping adalah Kevin yang sedang memeluk batu marble hadiah dari pemerintah daerah Thessaloniki untuk kota Melbourne. Batu marble ini menunjukkan sejarah 2300 tahun keberadaan Thessaloniki yang disimbolkan melalui gambar Alexander The Great (jaman Hellenistic) dan Santo Dimitrios (periode Byzantine).

Langkah kaki membawa kami tiba di Swanston St. Jalan besar ini dilintasi banyak jurusan Tram dan berakhir di Katedral St Paul. Tapi kali ini kami menyusuri Swanston St hanya sampai Bourke St. Sepanjang 2 blok yang kami jalani di Swanston St penuh dengan turis dan kesibukan mereka berbelanja atau hanya menonton atraksi yang disajikan penduduk lokal dengan harapan receh dari para turis tersebut.


Melbourne banyak meletakkan aneka patung-patung unik di jalan untuk menunjukkan betapa cintanya mereka akan seni. Sangat menarik memperhatikan patung-patung ini. Berbagai gaya unik ditunjukkan para turis saat berfoto dengan latar patung-patung ini. 

kanan: 3 patung antri berdiri menunggu tram + 2 turis disela-sela nya

Selain Melbourne Visitor Centre yang terletak di Federation Square, turis bisa mendapatkan informasi dan brosur beserta peta di Melbourne Visitor Booth yang terletak di Bourke St, tepatnya hampir di depan David Jones /Myers.

kanan: Booth nya tidak begitu besar. jika ingin yang paling lengkap pergilah ke Visitor Centre di Federation Square.


kiri: jalan masuk The Walk Arcade
kanan: Pintu samping The Block Arcade dari Little Collins St

Saya pernah mendapat saran dari teman bahwa jangan lupa mengunjungi Arcades yang terdapat di Melbourne. Arcade adalah lorong penghubung antara 2 jalan besar yang dipenuhi dengan toko dan restauran. Di kota masa kecil saya yaitu Bandung terdapat semacam Arcade (lebih tepatnya gang :D ) yang menghubungkan Jl Asia-Afrika dengan Jl Dalem Kaum serta satu lagi menghubungkan Jl Dalem Kaum dengan jalan di belakangnya yang saya lupa namanya. Gang tersebut juga dipenuhi pedagang, walaupun hanya pedagang kecil serta pedagang kaki lima. 


Arcades di Melbourne sungguh berbeda. Yang pertama kami susuri adalah The Walk Arcade yang menghubungkan Bourke St dengan Little Collins St. Pintu masuknya tidak begitu jauh dari Visitor Booth tadi. The Walk Arcade serupa dengan mall underground yang biasa terdapat di beberapa stasiun mrt di Singapura.

Sementara arcade satunya bernama The Block Arcade. Arcade ini menghubungkan Elizabeth St dengan Collins St serta mempunyai pintu samping berupa gang kecil yang dapat kita masuki dari Little Collins St. Arcade ini merupakan gang mewah yang dihuni puluhan toko dan restoran mewah. Langit-langitnya dihiasi kaca lukisan yang indah. Lantainya ditutup dengan keramik bermotif kuno yang sama cantiknya.

Kami keluar di Collins St dan belok kanan ke arah Southern Cross Station. Yuup! itulah tujuan akhir kami hari ini.Cuma ingin lihat bangunan stasiun yang punya atap berbentuk unik.. kebangetan yaa?? Padahal kaki ini rasanya pegal ampun-ampunan setelah dipakai berjalan dari pagi sekali sampai sesorean begini, mana suhu udara drop entah ke berapa derajat nih, tidak tahu pasti, namun dinginnya bikin tangan dan pipi serasa beku. Untung bawa sarung tangan.

Menyusuri Collins St sepanjang 4 blok lagi ke arah barat, entah mengapa stasiun tersebut malahan diberi nama Southern Cross Station (mungkin karena stasiun ini merupakan stasiun bagi kereta arah luar kota dan Melbourne adalah kota paling selatan yang terhubung dalam rangkaian rel tersebut ya), sempat berfoto didepan Gothic bank milik ANZ, lewat di seberang Hotel Intercontinental Melbourne yang terhubung dengan Rialto Towers.

Sempat juga berfoto dengan latar belakang kantor surat kabar The Age hehe puas deh foto-foto di sepanjang Collins St ini. Btwkalau menjelang malam lampu-lampu jalan yang menghias Collins St ini akan dinyalakan dan membuat suasana jalan ini jadi sedikit mirip suasana kota Paris.. katanya lho.. ngga tau juga benar atau tidak soalnya belum pernah ke Paris :p

Akhirnya kami melihat bangunan besar Southern Cross Station dengan atap berbentuk gelombangnya yang lebar sekali. Ini lhooo , foto di samping kiri ini diambil saat baru tiba di ujung Collins St hehehe.

Lelah, senang, dan kedinginan semua bercampur menjadi satu. Yang pasti puas sudah bisa sampai kesini dengan berjalan kaki. Sebenarnya bisa saja kami naik City Circle Tram namun jam operasionalnya terbatas hanya sampai jam 6 sore, dan tentu saja kami tidak akan bisa berfoto ria sepanjang jalan.



Selesai melihat stasiun ini kami pulang ke hotel melalui Little Collins St, menyusuri 4 blok jalan kecil tersebut tidak terasa jauh, mungkin karena jalan pulang selalu terasa lebih cepat daripada saat pergi ya?


Setelah sampai di hotel ternyata Kevin sudah terlalu lelah untuk ikut pergi makan malam. Tadinya berencana istirahat sebentardi hotel kemudian pergi lagi makan malam di sekitar hotel.

Akhirnya hanya saya dan suami jalan keluar. Kami berjalan ke Federation Square karena seperti biasa emak-emak ini mau update status bebeh dan efbeh nya haha, sekalian beli titipan anak tersayang yaitu chicken nugget dan chips yang dijual disamping Flinders Station.

 


Di Federation Square malahan sempat duduk lama lalu foto-foto suasana malam disitu baru kemudian menyeberang ke Flinders Station untuk beli nugget si Kevin, eh bertemu rombongan pekerja kantor yang mau pulang naik kereta ke daerah suburbs.

Sementara makan malam untuk kami berdua belum ada karena nugget membosankan sekali rasanya. Akhirnya saya masuk ke minimarket Cole dekat hotel, cuma beli frozen lasagna $4.25 dan sandwich $5.50 + yoghurt $4.79         ( Elle's Yoghurt isi 6 gelas). Sampai di hotel saya panaskan lasagna nya di microwave dan ternyata rasanya enak sekali. Menyesal cuma beli satu.



Monday, June 27, 2011

Melbourne Day One: Meet Me @ Fed Square




Kami tiba di airport Tullamarine Melbourne pada 27 Juni 2011 pukul 6 pagi, menggunakan pesawat Airasia X dari Kualalumpur. Pesawat terbaru maskapai ini mempunyai ruang kaki yang nyaman sehingga memungkinkan saya cukup beristirahat semalam. Prosedur imigrasi di Tullamarine cukup cepat dan nyaman, mungkin karena kami membawa anak sehingga petugas merasa tidak perlu memeriksa koper-koper kami. Bertiga kami diantar melewati antrean panjang pemeriksaan koper, hanya perlu diendus anjing penjaga mereka untuk memastikan bahwa kami tidak membawa barang terlarang...then off we go down the city.... yihaa!!

Keluar dari airport angin dingin langsung menerpa, saya hembuskan nafas dari mulut untuk memeriksa apakah  uap napas saya bisa terlihat hehe. Terbaca suhu udara pada monitor adalah 9 derajat Celcius...wohoooo! Juni ini Melbourne sudah memasuki musim dingin...

Dengan naik Airport Transfer yang ongkosnya $90 bertiga, kami segera menuju ke hotel yang sudah kami booking via internet. Causeway 353 Hotel terletak di Little Collin St. Jaraknya tidak sampai 5 menit berjalan kaki dari Flinders Station yang terkenal itu serta hanya butuh hitungan menit untuk menjangkau tujuan wisata lainnya di dalam kota karena letak hotel ini yang benar-benar di pusat kota.

Kamar di hotel minimalis ini dilengkapi dengan microwave sehingga kita dapat berbelanja frozen food di minimarket Cole dekat hotel, lalu tinggal dihangatkan di microwave, lumayan menghemat pengeluaran untuk makan tentunya. Namun menurut kabar kabur, katanya karena suhu udara Melbourne yang cukup dingin ini maka rata-rata kamar hotel memang sengaja dilengkapi dengan microwave.

Saya merasa nyaman tinggal disini, selain karena ratenya yang lumayan bagus dan sudah termasuk buffet breakfast untuk 3 orang,

fasilitas kamarnya yang lengkap, ukuran kamar yang cukup luas dan terakhir adalah letaknya yang strategis di pusat kota, cukup berjalan kaki mengelilingi downtown (kalau kuat tentunya ihiks).

Setelah urusan akomodasi beres sekarang tentang transportasi. Selama di Melbourne kami sepakat untuk melakukan penghematan dalam urusan transportasi dalam kota. Hal ini semata dilakukan agar supaya budget perjalanan kami tidak akan kebobolan. Sekedar info bagi teman-teman yang 

berniat melakukan perjalanan sendiri ke Australia, dalam arti tidak menggunakan biro jasa/ tour agent, biaya makanan akan menempati porsi terbesar dalam budget. Info nomor 2: jangan membeli souvenir berupa kaos dan sejenisnya karena mahal harganya dan kualitasnya kurang bagus.

Buat saya lebih baik membeli souvenir berupa gantungan kunci atau magnet kulkas selain karena bentuknya yang lucu dan unik, juga lebih tahan lama dibandingkan kaos. 

Selama di Melbourne kami menggunakan tram khusus turis yaitu CityCircle no 35 serta bus khusus untuk turis yang namanya Melbourne City Tourist Shuttle. Keduanya gratis lho. 
Hanya sekali kami membeli tiket Metlink Tram $10 berlaku untuk 3 orang yang dapat digunakan kemana saja dalam jangka waktu 2 jam, yaitu saat hendak mengunjungi St Kilda Beach.

Selesai check-in kamar hotel, kami segera berjalan menuju Federation Square, alun-alun kota yang letaknya dikelilingi oleh Flinders Station, Gereja Kathedral St Paul, taman riverside yang bernama Birrarung Marr dan sungai Yarra.

kanan: @Federation Square dengan latar belakang Flinders Station yang artistik. Di sudut kanan adalah gedung Visitor Centre yang modern.
Federation Square adalah free wifi spot terbesar di Melbourne, I love this place so much hahaha.
                                                 
Jadi kalau berkunjung ke Melbourne tidak perlu keluar biaya untuk beli simcard setempat ya, cukup ubah setingan blackberry atau android anda, pastikan data set to off while roaming, nyalakan wifi dan duduk manis di Federation Square.

Total 4 hari akan kami habiskan di kota cantik yang merupakan kota besar paling selatan pada benua Australia ini. 
Kiri: Melbourne Visitor Centre

       
Tempat-tempat yang akan kami kunjungi dalam empat hari ini antara lain adalah Cook's Cottage, Queen Victoria Market, daerah pantai St Kilda, Eureka Sky Deck dan tentu saja Chinatown.
Sebenarnya ingin melihat penguin kecil di Phillip Island, sayang waktunya tidak cukup.  

kanan:
Bagi penggemar sepeda, di Melbourne banyak tempat sewa sepeda yang bisa kamu bayar dengan hanya menggesek kartu kredit.

Perjalanan keliling kota kami mulai dari stop no.2 Federation Square. Kami menunggu di halte bus khusus untuk Tourist Shuttle ini yang terletak tepat di depan pintu masuk katedral St Paul.
Untuk rute dan halte Tourist Shuttle klik disini



Tidak sampai setengah jam bus berwarna merah putih ini datang. Bus ber AC dengan interior lapang dan nyaman ini akan membawa kami mengelilingi Melbourne dan akan berhenti di 13 stop. Rutenya satu arah. jadi kalau perhentian tujuan kamu terlewati maka kamu harus ikut mengelilingi Melbourne lagi untuk kembali ke stop yang kamu tuju. Atau turun di stop berikut dan berjalan kaki kembali atau naik tram lain ke arah sebaliknya.                              

kanan:
Gallery of Medals, terdapat 4000 medali yang masing-masing mewakili 100 pahlawan yang ikut berperang.

Setelah berkeliling kami memutuskan untuk turun di stop 13 karena kami ingin mengunjungi The Shrine of Remembrance, yaitu monumen peringatan jaman Victoria untuk mengenang jasa orang yang gugur pada jaman konflik tersebut berlangsung.


Monumennya megah dan besar.namun sayang kekaguman saya terhadap bangunan ini terusik saat ditegur petugas ketika berlutut untuk mengambil foto di dalam gedung utama (The Sanctuary).

Rupanya buat orang Australia posisi berlutut dikategorikan sebagai tanda ketidaksopanan, yang diekspresikan dengan teguran yang keras atau bisa juga dianggap sebagai makian?!! grrh@#$
lha kalau untuk wong Jowo berlutut itu sopan banget malahan mas bro...:D peace!!

kiri: di dalam The Sanctuary


Selesai berfoto sesion di The Shrine tinggal menyeberang jalan kecil jika ingin mengunjungi The Royal Botanic Garden. Kami hanya menengok garden shop dan visitor centre nya lalu memutuskan untuk kembali menunggu Tourist shuttle.

Jika dibandingkan, baik Tourist Shuttle Bus maupun City Circle Free Tram mempunyai kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Jika kita naik Tourist Shuttle jumlah haltenya hanya 13 sementara City Circle mempunyai lebih banyak halte. namun cakupan area Tourist Shuttle lebih luas daripada City Circle. Point lain untuk diingat adalah Tourist Shuttle bergerak satu arah, sementara City Circle 2 arah bolak-balik.

Lebih baik kita memegang peta rute Tourist Shuttle yang memuat halte Shuttle maupun City Circle sehingga kita bisa mengatur rencana perjalanan harian dengan menggabungkan keduanya. Peta ini bisa didapat di dalam bus Shuttle maupun di Melbourne Visitor Centre.

Perjalanan hari pertama ini ditutup dengan melihat-lihat pemandangan sore hari South Bank Promenade di sisi Yarra River

Kesan di hari pertama buat saya Melbourne adalah kota yang penuh dengan turis, anak sekolah dan tram!!! Dimana-mana saya melihat dan berjalan kaki bersama turis dengan beragam bahasa. Kotanya lumayan rapi dan bersih, serta tourist friendly jika dilihat dari banyaknya toko yang menjual souvenir di pusat kota hahaha.
Jarang juga saya lihat bus umum disini karena Melbourne lebih banyak menggunakan Tram sebagai angkutan kotanya. jika kalian perlu menggunakan Tram, tiket sekali jalan ataupun harian serta terusan dapat dibeli di Melbourne Visitor Centre di federation Square, turun saja ke lantai dasar, ambil nomor antrian sesuai jenis service yang kamu perlukan (beli tiket, tanya rute perjalanan atau booking tour harian etc)