our summer magazine 2013 by Slidely - Slideshow maker

Monday, March 20, 2006

Trip to Remember : Tribute 4 Reintje Sumual





















Dering telepon di pertengahan Maret 2006 mengabarkan bahwa kondisi ayah mertuaku semakin gawat. Dokter telah mendeteksi adanya sel kanker di nasopharinx, yaitu bagian dari sistem pernafasan yang letaknya di belakang rongga hidung, sejak bulan Mei 2005. Berbagai macam pengobatan dan terapi telah dilakukan selama ini. Sebenarnya kami memang telah memesan tiket untuk bulan Mei 2006, untuk pergi menengok papa dan seluruh keluarga suamiku yang telah bermukim di Seattle sejak tahun 1995.


Tidak ada pilihan lagi, sebab kami seperti berpacu dengan waktu, kami harus berangkat sesegera mungkin. Aku segera menelepon Best Tour, agen tempat kami biasa memesan tiket, untuk minta dicarikan penerbangan Northwest tercepat ke Seattle, resikonya kami harus membayar tambahan ongkos pesawat dan biaya reschedule date tentunya. Sementara suamiku segera mengurus ijin cutinya di kantor.

Siang hari dikabari oleh Sianny bahwa tanggal sudah didapat, Senin,20 Maret 2006 dengan tanggal pulang open date. Ok, tiket sudah beres, namun aku hanya punya waktu 3 hari untuk menyiapkan koper dan semua barang yang harus dibawa ke Seattle. Ouch!!


Dari Jakarta jam 16.30 kami naik Garuda tujuan Singapura. Karena Northwest akan terbang dari Changi keesokan harinya jam 06.00 pagi, maka malam itu kami diinapkan di Le Meridien Changi untuk beristirahat. Keesokan paginya, subuh-subuh jam 3 pagi kami bergegas naik ke dalam bis penjemput untuk diantar kembali ke bandara Changi. Untungnya bawaan kami tidak banyak, hanya bagasi kabin yang terdiri dari 3 tas ransel kami masing-masing, sementara koper-koper sudah dikirim langsung dari Soekarno-hatta untuk diambil di Seattle.

Tiba di Changi kami diturunkan tepat di depan counter check-in Northwest. Disana telah menunggu barisan petugas keamanan baik dari pihak bandara maupun kedutaan Amerika. Rupanya sejak tragedi 9/11 pemeriksaan semakin diperketat. Satu persatu calon penumpang diinterogasi ttg maksud mengadakan kunjungan ke US, apakah bawa barang titipan, dll, termasuk diendus doberman mereka segala (yang membuat aku menahan napas, hampir pingsan, karena sy kan takut sama gukguk). perkataan "are u sure? are u sure? really..." berulangkali terucap dari bibir polisi wanita afro-amerika yang kebagian mewawancara daku...huh..susahnya mo pergi ke sana. (sama susahnya seperti waktu kita mau bikin visa, untungnya, karena mertuaku sudah lama tinggal di sana pihak kedutaan akhirnya meloloskan visa buatku)

Selesai check-in dan urusan imigrasi, kami segera mencari sarapan dan berjalan2 sebentar di dalam terminal. Sekitar jam 05.00 kami segera ke gate untuk boarding. Lagi-lagi disana diperiksa lagi, sampai sepatu olahragaku yang ada bekas lem dicurigai! sepatuku diteliti setiap sudutnya, ditekan2 segala (sementara aku berdoa, Tuhan jaga sepatuku jangan sampai lemnya copot lagi..) seakan-akan mungkin menyimpan bom didalamnya..hahaha.

Dari Singapura perjalanan makan waktu sekitar 7 jam untuk sampai di Narita, Japan. Selama di pesawat yang bisa kulakukan hanya nonton film dari personal tv didepan bangku ku, atau dengar lagu, main kartu, makan (untungnya makanan dan minuman mengalir terus sampai perut ini kembung rasanya) dan memperhatikan layar TV lebar didepan, tepatnya pada titik gambar pesawat yang lagi jalan diatas peta dunia antara Singapura dengan Jepang.

Saat mau landing di Narita, co-pilotnya adalah pilot terburuk yang pernah aku tumpangi!! Rasanya perutku seperti diaduk2, kaya naik angkot di Jakarta.. Saat itu sudah jam 13:40 di Jepang. Waktu transit yang hanya sekitar 1 jam kami habiskan dengan lihat2 kios di dalam terminal.

Jam 15:05 kami lepas landas menuju Tacoma, Seattle. Selama perjalanan melintasi laut Pasifik, pramugari meminta kami menutup kaca jendela, supaya kami bisa tidur dan ngga akan terlalu jetlag, karena sekitar 10 jam kemudian badan kita yang seharusnya sedang tidur malam harus menghadapi kenyataan bahwa di Seattle sudah pagi hari.

Tepat jam 07.00 kami tiba di bandara Tacoma. Disini pun kami tidak luput dari wawancara imigrasi (lagi) yang cukup lama, dan pemeriksaan koper di pintu keluar..weleh..weleh..

Akhirnya, sekitar jam 08.30 Seattle time, kami meninggalkan parkiran bandara. Aku dan Kevin semobil dengan adik perempuan suamiku, Yolla, sementara my hubby semobil dengan adik laki2nya, James. Lucunya, selama perjalanan aku ngga bisa konsentrasi dengan apa yang Yolla tanyakan. Aku seperti mendengar dia berdengung di sebelahku, jadi hanya kujawab iya2 saja berulangkali, serasa ada di mimpi saking mengantuknya, sementara Kevin dibelakang sudah zzzzzztt dari tadi.

Tiba di rumah mertuaku adalah pertemuan yang sangat mengharukan, kami semua bersyukur karena masih dapat bertemu dalam keadaan yang lengkap. Thank You very much my dear GOD.

Selanjutnya, hari-hari kami disana diisi dengan membantu merawat papa, bergantian dengan mama mertuaku dan adik2 ipar serta keluarga besar dari papa mertuaku yang memang sudah tinggal disana semuanya. Dihari2 senggang ketika James libur kerja, dia membawa kami berjalan2 kemana-mana (thanks ya), juga tidak lupa ke gereja.




Ranch Market di Edmonds, Washington.
Tempat belanja sayur dan sembako favoritku. Indomie, sambal abc, kacang garuda..semuanya ada.


Toys'r'us di mall Alderwood
Tempat favorit Kevin, cukup jalan kaki dari rumah asal udara tidak terlalu dingin.
Saat itu adalah pertukaran musim dingin ke musim semi. Seattle yang terletak dekat Kanada masih menyisakan hawa musim dingin yang membekukan. Suhu rata-rata berkisar di 46 derajat Fahrenheit. Perlengkapan yang paling aku butuhkan adalah jaket tebal dan topi untuk melawan angin yang sangat membuat pusing kepalaku.





Interstate 5 adalah jalan sehari2 yang kulalui jika mau ke downtown Seattle, atau ke Edmonds serta ke Gereja di Everrett kalau mau cepat. Jalanannya ky tol di Jakarta hanya saja gratis.


Jalanan di Lynnwood, tempat rumah mertuaku berada. Mulus beraspal tebal, dan teratur. Kalau jam macet semua mobil antre dengan tertibnya membentuk 1 barisan spt anak tk mau masuk ke kelas. Tapi karena mobil kita selalu berisi paling sedikit 4 orang maka kita tidak pernah terjebak kemacetan, hehe, karena lajur paling kiri mereka buat untuk orang yang isi mobilnya 3 atau lebih. Jalur itu selalu lengang karena disana 1 mobil kebanyakan terisi hanya 1 atau 2 orang. wah!






Kevin sedang rajin-rajinnya membuat Kumon.
Kalau kami sedang dirumah saja, aku tetap mengajari Kevin berhitung (kalau membaca sih dia sudah jago dari tk A) karena saat kami kembali ke Indonesia nanti dia sudah akan masuk ke kelas 1 SD.







Space needle, landmark of Seattle
for more information visit http://spaceneedle.com


Jalanan di Downtown Seattle, penuh dengan pohon2 yang sebagian masih meranggas akibat pengaruh cuaca musim dingin dan sebagian lagi telah berbunga indah dg aneka warna daun.










Kevin dengan sepupu2nya, Brian & Brianna.







Main di taman dekat rumah opa saat udara lumayan bersahabat.






Merasakan sisa salju yang tidak pernah meleleh di jalan menuju Snoquolmie Falls, di kaki Mt Rainier.
Haha, biasalah...maklum ya, namanya juga orang yang belum pernah lihat salju.








Pemandangan ke atas gunung agak mengerikan kalau menurutku.








Di tempat makan, dan akhir jalan untuk mobil. Orang yang mau main sky harus melanjutkan perjalanan ke puncak naik kereta gantung.








Menengok pangkalan Navy di dekat penyeberangan Ferri ke pulau Bremmerton.




Suamiku dan saudara2nya sedang menentukan lokasi makam papa mertuaku.

Akhirnya Tuhan memutuskan untuk memanggil anaknya yang tercinta pada tanggal 28 April 2006, tepat 1 hari sebelum kami kembali ke Indonesia. Sepertinya papa belum puas bersama kami semua, walaupun banyak diam (karena sudah sulit untuk berbicara)dan beristirahat, tapi beliau merasa tenang dikelilingi anak cucunya, sehingga bertahan sampai kami akan pulang.
Sebenarnya kamipun belum ingin pulang, namun suamiku sudah akan habis masa cuti besarnya, sehingga sempat timbul keraguan untuk pulang, atau tetap disana. Tapi Tuhan selalu menjawab keraguan kita tepat pada saatNya.

May you rest in peace, in GOD's hands that we trust, sampai bertemu lagi di hari yang dijanjikan Tuhan, Amin.









Kevin dan sepupu2 di Bellevue Mall, abis makan Mc Donalds.







Setelah acara Memorial Service mengenang Reintje Sumual di gereja Forest Park, Everrett.







Menengok makam papa setelah acara Memorial Service, sekalian pamit karena besoknya sudah akan kembali ke Indonesia.




James, Yolla, Papa & Mama, di Tulip Town-Skagitt Valley, May 2003