our summer magazine 2013 by Slidely - Slideshow maker

Sunday, March 6, 2011

Bandung Again.. Exploring Nature & Science in Maribaya & Geology Museum



Jaman duluuu sekali, tahun 80an aku sering sekali pergi ke tempat-tempat wisata di daerah Lembang, seperti Tangkuban Perahu dan Maribaya. Nah, kalau Tangkuban Perahu sudah pernah kutunjukkan pada anakku maka sekarang adalah giliran Maribaya.

Sabtu 5 Maret 2011 kami berangkat menuju Bandung sekitar jam 06.00 pagi. Sengaja berangkat jam segini supaya kami bisa sampai di Maribaya saat matahari belum tinggi. Dari gerbang tol Bekasi Barat sampai melewati pintu tol baru yang bernama Cikarang Utama perjalanan sangat lancar. Namun saat mulai memasuki tol Purbaleunyi, eh, baru belok ke kiri koq sudah terdapat antrian yang panjang sekali di semua lajur jalan! Padahal belum jam 07 pagi lho.

Akhirnya kami putuskan untuk keluar di gerbang tol Sadang, karena mendapat informasi bahwa kemacetan disebabkan karena adanya perbaikan di beberapa ruas jalan tol Purbaleunyi dan melihat banyaknya kendaraan yang menuju ke arah Bandung. Padahal rencana semula kami akan masuk kota Bandung dahulu, baru kemudian naik lagi ke Lembang.


kiri: ikon nanas untuk Subang, mirip ikon apel-nya kota Batu, Malang


kanan: gerbang tol Sadang

Ternyata yang se-ide dengan kami lumayan banyak :p , untuk keluar dari gerbang tol saja lumayan lama

Dari gerbang Sadang, terus aja sampai lampu merah, setelah itu lurus dan ikuti jalan tersebut sampai lembang, Ngga perlu belok kiri-kanan lagi, lurus terus deh.

kanan: dimana-mana nanas


kiri: patung bambu runcing

Setelah melewati belokan ke Sari Ater (dulu namanya masih Ciater) di kiri jalan dan kemudian jalan kecil ke Tangkuban Perahu di kanan, sekitar 20 menit setelah itu sampailah kami di patung bambu runcing yang ada di taman kecil di tengah-tengah jalanan, setelah melewatinya lalu berbeloklah mobil kami ke kiri. Jalan ini adalah jalan raya Maribaya.

Di jalan ini terdapat sebuah tempat wisata lumayan baru (jika dibandingkan dengan Maribaya) yang namanya De' Ranch. Tempat ini mempunyai trek menunggang kuda ala cowboy bagi yang berminat, ataupun hanya sekedar duduk-duduk sambil makan burger, sosis atau sop buntut. Ada juga pusat jual tahu Tauhid II disini. Agak di ujung terdapat Sekolah SesPim Polri dengan patung helikopter besarnya di depan.

Setelah lewat depan sekolah ini, jalanan mengarah ke kanan. Ikuti saja terus jalanan sampai ketemu perempatan kecil yang jalannya rada rusak, disini kita belok ke kiri ( jangan terkecoh untuk tetap bermobil lurus terus dan naik ke atas ya). Ikuti terus jalan berkelok dan ngga rata ini sampai jalanan terpecah 2, yang satu terus kearah bawah sementara yang satunya masuk ke gerbang Taman Hutan Raya Ir H Juanda.Gerbangnya rada ngga ke-urus.

Kalau tujuan kita ke Curug Omas ya sudah betul masuk dan parkir mobil deh disana. Sementara kalau kamu niatnya ke pemandian air panas Maribaya (pemandian ini telah ada sejak jaman Belanda, bahkan terlebih dahulu muncul sebelum Ciater) yang ada air terjun kecilnya maka silahkan ikuti jalan yang kiri, turun ke arah bawah, sampai ketemu parkiran bus besar. Nanti disana ada petunjuk jalan masuknya.

kanan: Sekolah SesPim Polri

kiri: loket tiket Taman Hutan Raya Ir H Juanda, gerbang IV Maribaya

Tempat parkirnya ngga terlalu besar, diatas tempat parkir terdapat musholla, sementara bangunan kecil berwarna biru itu adalah tempat kita membeli tiket masuk.

Parkir mobil dikenai Rp 10.000 sementara tiket perorang Rp 8.000, total yang kami bayar adalah Rp 34.000...


Beres urusan tiket masuk kami segera melintasi lorong kecil dalam bangunan biru tersebut. Dibelakangnya terdapat jalan setapak yang telah disemen dan diberi batu sebagai pijakan supaya tidak terlalu licin (tapi kalau hujan sepertinya tetap licin deh).

Jalan setapak sejauh kurang lebih 800 meter ini bisa kita tempuh dengan bantuan ojek yg banyak terdapat di sekitar loket karcis. Biasanya mereka akan menawarkan harga Rp 15.000 untuk jarak segini, tapi ditawar rp 10.000 juga mau koq.

Saran ku pakailah sepatu olahraga atau cukup sandal jepit karet yang nyaman saja jika mau kesini. Untuk perjalanan menuju Curug Omas, karena kami masuk dari arah Maribaya, maka jalan yang ditempuh menurun ke arah air terjun, namun jika anda masuk dari Dago Pakar maka sebaliknya jalan yang akan ditempuh menanjak. Ojek lebih baik digunakan saat akan kembali ke tempat parkir karena jalannya lumayan mendaki :)

Setelah berjalan sekitar 15 menit sampailah kita pada tangga batu yang arahnya turun ke air terjun (Ojek hanya bisa sampai disini), dari sini suara air terjun sudah terdengar. Menuruni sejumlah anak tangga sampailah kami ke Curug Omas.

kiri & kanan : sungai Cikapundung

Curug Omas terbentuk dari aliran sungai Cikapundung yang jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter, letaknya persis dibawah jembatan gantung kecil yang bisa kita titi ke seberang. Namun hati-hati karena jembatan ini hanya bisa menampung 5 orang sekali jalan saking ringkihnya

kiri : jembatan gantung dari jauh

kanan : hanya selebar ini lho si jembatan itu

Setelah menyeberangi jembatan tersebut kami sudah dapat menengok si Curug Omas tersebut. Namun untuk mendapat pemandangan terbaik dari Curug ini maka kita harus menyusuri tebing sisi sungai yang telah dipagari demi keamanan.

Terus saja belok ke kanan setelah tiba diujung jembatan gantung. Jalan setapaknya cukup curam, hati-hati untuk yang membawa orangtua dan anak kecil. Setelah menuruni jalan setapak ini, tibalah kita di sebuah jembatan lain yang lebih besar, lebih kokoh dan berwarna merah juga :) Dari sini Curug Omas terlihat dari sudut yang bagus. Sayangnya, lagi-lagi demi alasan keamanan, pihak pengelola memagari sisi atas jembatan dengan kawat kotak-kotak kecil yang lumayan mengganggu pemandangan ke air terjun.


kiri: masih di sisi tebing dengan tangga yang curam

kanan: Curug Omas dari sisi tebing bagian atas

kiri bawah: jembatan merah yang agak lebar itu..

kanan: best view of Curug Omas

Satu hal yang kusesali, Curug Omas rupanya hanya bisa dinikmati lewat mata saja. Kita tidak dapat merasakan sejuknya air sungai Cikapundung karena katanya tempat jatuhnya air terjun tersebut lumayan dalam, kuat arusnya, serta tepiannya berbatu sehingga tidak memungkinkan untuk didekati.

Selesai menikmati Curug Omas kita bisa meneruskan perjalanan ke arah Dago Pakar untuk melihat Goa Jepang dan Goa Belanda. Hanya saja perjalanannya jauh sekali. Kalau mau pakai ojek bisa, ongkosnya sekali jalan Rp 25.000 untuk satu orang!

Karena sudah lelah dan mulai lapar kamipun memutuskan untuk kembali ke parkiran mobil. Kesempatan untuk melihat Goa Jepang dan Belanda bisa dilakukan melalui Dago Pakar saja untuk menghemat tenaga dan waktu :)

Sekarang waktunya ke Bosscha! Semangat banget ingin ke tempat yang satu ini, karena meski pernah 10 tahun tinggal di Bandung, belum sekalipun pernah kesini.

Keluar dari jalan raya Maribaya tadi, di depan patung Bambu Runcing ikuti saja arah arus lalulintasnya yang satu arah tersebut. Setelah belok kiri, lurus-lurus saja melewati pasar Lembang yang crowded sampai diujungnya lalu belok kanan. Dari sana lurus dan belok kiri di ujung jalan, ikuti terus sampai ketemu jalan raya Lembang-Bandung.

Setelah berada di jalan raya Lembang-Bandung lurus terus sampai ada pertigaan pertama yang ada pangkalan ojeknya, Langsung belok kiri, nah jalan masuk ke Bosscha masuk melalui pagar kecil tersebut, naik terus ke atas.

Sampai di atas aku kecewa banget karena ternyata kalau hari besar (hari ini hari raya Nyepi) Bosscha-nya tutup. :( Biasanya tempat ini buka Senin s/d Sabtu. Ya sudah, langsung deh kami turun ke Bandung. Perut sudah keroncongan....

kiri: masing-masing sibuk sendiri di kamar :)

kanan: Bosscha yang tutup :)

kiri bawah: Dago Panyawangan

kanan bawah: ehm, nyam-nyam



Hampir jam 2 siang ketika kami tiba di rumah makan Dago Panyawangan. Letaknya yang bersebelahan dengan beberapa factory outlet membuat kami tidak pernah menduga bahwa tempat tersebut adalah rumah makan. Selama ini aku pikir rumah itu termasuk salah satu factory outlet yang ada. Sampai salah satu temanku yang asli orang Bandung merekomendasikan.

Masuk area parkirnya yang padat dengan mobil, kami diberitahu bahwa mobil ditinggal saja pada valet service mereka (gratis koq). Meski agak was-was karena banyak barang ya sudahlah, pasrah wae' .

Kami dapat tempat duduk persis disamping kolam ikan, jadi lumayan sejuk deh. Pesanan juga cepat diantar ke meja. Rasanya enak, T O P. acung jempol untuk tumis kangkung, tumis toge jambal dan ikan guramenya. Semuanya enak. Pegawainya juga jujur semua, soalnya aku lupa ambil uang kembalian yang lumayan besar jumlahnya, haha, hampir delapan puluh ribu rupiah lhooo (ngga mungkin kan jumlah sekian adalah tips). Eh, besoknya pas mau pulang aku iseng aja mampir lagi, ternyata masih mereka simpan! Definitely will come again!!

kiri: hayo, siapa berani berenang di dalam air es? :p


kanan: lampu kota Bandung dari kamar hotel Novotel


Sekitar jam setengah empat sore baru kami check-in di hotel Novotel Bandung. Hotelnya simple dan modern. Kamarnya nyaman, dengan pembagian ruangan yang praktis.

Setelah istirahat sekitar satu jam kami bertiga memutuskan untuk berenang. Mungkin karena cuaca mendung serta hujan datang dan pergi dari siang tadi, membuat air kolam sedingin air dari kulkas...halah?! Ngga sampai 30 menit kami selesai berenang lalu segera balik ke kamar untuk mandi air panas....hehe.

Hotel ini punya satu ruangan yang mereka beri nama Kids Club. Walaupun kecil namun terdapat 2 set PlayStation disana sehingga anakku betah menghabiskan malam dengan main disana bersama teman-teman barunya.

Malamnya kami tidak kemana-mana. Tadinya ingin ke Mie Naripan, namun karena ngga terlalu lapar akhirnya kami hanya jalan kaki ke Holland Bakery di dekat hotel saja.

Besok paginya saat sarapan di hotel ada kejutan kecil, di pojokkan ada mbak-mbak yang meramu jamu untuk tamu. Kunyit asemnya enaaaak sekali, yang paling enak dari semua yang pernah kuminum (karena gratis kali ya?). Si Kevin juga minum beras kencur, enak juga dia bilang, tapi tetap lebih enak yang punya mama katanya :))

Acara hari ini adalah mengunjungi Museum Geologi satu-satunya di Asia Tenggara.

Letaknya di Jl Diponegoro 57, dekat Gedung Sate dan Yoghurt Cisangkuy. Kalau dari arah jembatan Pasopati anda tinggal turun ke arah lapangan Gasibu, ambil jalur kanan (biasanya sih macetcetcet) sampai lampu merah lalu belok kanan.

Setelah itu ambil jalur kiri, lurus saja sampai ujungnya langsung belok kiri, nah itu sudah jalan Diponegoro. Tidak jauh dari belokkan, di sebelah kiri adalah pintu masuk ke Museum Geologi tersebut. Gampang kan?


Masuk di Museum Geologi ini gratis.Namun hebatnya kondisi Museumnya lumayan bersih. Toiletnya juga kelihatannya baru di renovasi.

Setelah berfoto sebentar di depan, kamipun segera masuk ke dalam Museum.

atas : Lobby depan Museum Geologi Bandung


Di Lobby depan terdapat visitor center yang membagikan buku saku berisi petunjuk tentang Museum. Bukunya apik dengan lay-out yang eye catching dan modern. Salut untuk Museum Geologi!

Museum yang diresmikan pada 16 Mei 1929 ini terdiri atas 2 lantai. Di lantai dasar terdapat 2 ruangan besar serta Auditorium. Ruangan pertama berisi Sejarah Kehidupan, yang lainnya berisi tentang Geologi Indonesia.


Di lantai atas terdapat benda-benda yang menunjukkan hubungan antara Geologi dan Kehidupan Manusia.

Di ruangan Sejarah Kehidupan terdapat banyak rangka hewan serta tengkorak macam-macam manusia. Yang terbesar adalah rangka dinosaurus jenis T-Rex.

Setelah puas melihat-lihat, terakhir kami sempatkan untuk menonton film mengenai sejarah kehidupan di auditorium. Sebenarnya filmnya bagus hanya sayang tata suaranya kurang mendukung sehingga suara naratornya yang berbahasa Inggris tidak dapat tertangkap dengan jelas.


Hampir 2 jam kami habiskan menelusuri Museum Geologi ini. Keluar dari Museum dapat langsung meyeberang jalan Diponegoro ke jalan Cisangkuy, tempat rumah Yoghurt Cisangkuy berada. Namun kali ini aku mau makan Mie Naripan di jalan Sunda.

Selesai makan kami menuju ke jalan Kemuning di dekat jalan Jend A Yani. Ternyata penuh sekali pengunjung disini sampai-sampai brownies almond favorit kami ludes tak bersisa..ouch.

Akhirnya kami segera balik arah kembali ke Pasteur dan sebelum masuk tol untuk pulang ke Jakarta sempat singgah di Gepuk Ny Ong di jalan Dr Djundjunan.

No comments:

Post a Comment